Untuk mengurangi kekeliruan pemahaman kita tentang plastik, sebaiknya kita ketahui dulu apa pengertian, jenis, manfaat, dan bahaya dari plastik tersebut.
Plastik dapat diartikan sebagai polimer bercabang atau linear yang dapat dilelehkan atau dilunakkan dengan menggunakan api atau suhu panas lainnya. Dengan kata lain, plastik memiliki derajat kekristalan yang lebih rendah daripada serat.
Material plastik pertama kali digunakan sejak abad ke-19. Hal ini terlihat dari banyaknya plastik yang dibuat dan dicetak. Akan tetapi, pada tahun 1990-an, plastik menjadi bahan atau bagian kebutuhan yang sangat diinginkan. Hal ini terbukti dari banyaknya plastik yang dibuat dan dicetak.
Tiap tahun, kebutuhan akan plastik semakin bertambah. Pada tahun 2005 plastik dicetak sebanyak 220 juta ton. Terbayang bukan, betapa banyaknya kebutuhan orang akan plastik sebab hampir semua bahan dan alat yang kita gunakan terbuat dari plastik, semisal botol, sandal, tas, keranjang, ember, dan gelas.
Plastik menjadi primadona karena dianggap awet, kuat, dan ringan. Meski bersifat hampir sama dengan logam (awet dan kuat), logam dianggap terlalu berat dan mahal. Akhirnya, hal itu yang membuat kebutuhan plastik di dunia semakin tinggi.
Sedangkan sebanyak 9,1 miliar botol plastik telah menjadi sampah percuma hampir setiap tahunnya, sedangkan yang didaur ulang hanya 360 juta botol plastik. frans ekodhanto
Sejarah Plastik
Plastik menggantikan bola biliar yang semula terbuat dari semen. Adalah Alexander Parkes, orang yang pertama kali memperkenalkan istilah plastik. Ketika itu, Parkes memperkenalkannya di sebuah Great International Exhibition di London pada 1892.
Salah satu hasilnya adalah ketika bola biliar yang semula terbuat dari semen digantikan dengan bahan temuan Hyatt ini. Sayangnya, temuan Hyatt dianggap kurang bagus sebab jenis plastik ini sangat mudah meleleh di udara panas dan akhirnya bentuknya rusak. Ketika selulosa dijadikan bahan pembuat film yang kemudian disebut seluloid pada awal 1900.
Dalam waktu hampir bersamaan, tepatnya 1897, muncul jenis plastik lain bernama formaldehyde resins atau disebut bakelit. Namun, jenis plastik ini kemudian disebut sebagai plastik modern. Salah satu produk yang terkenal ketika itu adalah ketika jenis ini digunakan sebagai campuran pembuat kapur tulis.
Plastik jenis ini mencampur antara formaldehyde resin dengan teknik pembuatan dengan elektrisitas (listrik). Plastik milik Smith bersifat lebih keras dan kaku.
Secara garis besar, pada 1839 – 1894 merupakan era kemunculan plastik jenis semisintetis. Sedangkan pada awal abad ke-20 (1908 – 1932) merupakan era paling produktif munculnya jenis-jenis plastik, mulai dari plastik yang kemudian dijadikan benang (nilon), PVC yang lebih elastis, hingga “si busa putih bernama Styrofoam temuan Ray McIntire pada 1954”.
Memasuki era modern, 1940 – 1980, material pembuat plastik bukan hanya dari selulosa, alkohol, atau resin, namun ada yang dicampur kristal. Yang sifatnya kaku, awet, dan bening transparan seperti kristal. Plastik jenis ini kemudian banyak digunakan sebagai kaca lampu kendaraan atau lampu-lampu lainnya.